Kamis, 04 April 2013

Belajar menyerah... *sigh*



Saya merasa kadang kita butuh  kata menyerah, dalam hal ini, menyerah untuk membuat orang lain mengerti perasaan kita. Kadang saya merasa saya sudah jauh untuk mengerti perasaan seseorang, tapi pada kenyataannya, saya malah hanya menjadi egois, sensitif, dan agak arogan karena ujung-ujungnya saya malah minta ingin dibalas, ingin dimengerti maksud saya. Begitu banyak yang ingin saya sampaikan agar saya ingin dimengerti, tapi saya malu, dan agak segan. Saya lebih memilih untuk menunggu. Menunggu agar dimengerti, menunggu agar orang lain yang kita inginkan mengerti kita, menjadi peka dan sedikit berinisiatif. Tapi setelah lama menunggu, saya malah mulai berani untuk berbicara, tapi hasilnya nihil. 

Begitu terus sampai beberapa saat dan pada akhirnya yah itu tadi, saya mulai menyerah karena sepertinya tidak semua yang kita inginkan terwujud dan harus sesuai dengan apa yang kita harapkan. Malah merubah sifat saya menjadi lebih kasar, egois dan sifat-sifat milik setan yang lainnya. Juga karena orang yang saya inginkan untuk mengerti saya sepertinya tidak memikirkan apa yang saya pikirkan. Entah karena apa, sukar untuk dia jelaskan. 

Sepertinya saya hanya perlu sedikit lebih santai.. sedikit lebih tenang dan mulai membiasakan diri agar sifat seperti ini tidak menjadi-jadi, tidak menjadi bumerang untuk saya sendiri. Belajar untuk menjadi lebih santai. Dan tak lupa untuk menyerah. Menyerah untuk bertahan dengan sifat yang seperti itu. Agak menyebalkan sih, tapi apa mau dikata.. bertahan dengan keburukan itu hanya akan membuat luka semakin terinfeksi debu. Iya.. sifat jelek itu luka, dan bertahan dengan keburukan sifat jelek itu sendiri adalah debu yang kotor. 

*sigh*

Sabtu, 30 Maret 2013

"Mardy Bum, lagu cinta sederhana dengan sisi romantis yang kaya”



Lagu ini menjadi lagu yang selalu saya dengar ketika masih berseragam putih abu-abu, dan masih berumur 19  tahun. Umur dimana ketika hasrat yang haus akan pengetahuan-apapun itu- sedang menggebu-gebu dan tidak terbendung. Hasrat saya akan pengetahuan tertuju pada sebuah lagu dari band asal sheffield, inggris, Arctic monkeys. Saya memang selalu tertarik dengan lagu yang mempunyai judul yang tidak biasa, dalam artian, kata dalam bahasa inggris yang jarang kita temui dimana mana, dan Mardy Bum adalah salah satu judul lagu yang menurut saya terdengar aneh (bahkan sangat aneh) karena saya benar-benar tidak menemukan penjelasan yang jelas tentang apa arti kata dari judul tersebut.

Setelah penasaran dengan judulnya, saya penasaran dengan musik dan tentu saja liriknya. Oh, iya, saya termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang peduli akan lirik dari sebuah lagu. Kemudian terputarlah Mardy Bum dengan musiknya yang menurut saya lucu, kemudian setelah beberapa kali dengar, saya  mencoba mencari liriknya dengan bantuan internet dari warnet terdekat. (tahun 2006 adalah tahun dimana warnet menjadi pelarian dari dunia nyata, yang menyediakan hampir semua pengetahuan musik yang bisa dijadikan pegangan, dan karena masih jarang setiap rumah mempunyai akses internet, dan apabila punya, pasti koneksinya tidak secepat warnet, hehehe). 
Mencari lirik dari sebuah lagu menurut saya adalah sebuah perjuangan yang menyenangkan, dimana kegiatan ini sudah menjadi rutinitas saya sepulang sekolah dulu. Harus berebutan bilik di warnet kesayangan, dan tentu saja saya harus menyisihkan sedikit uang jajan untuk membayar warnet. Lalu ketika saya sudah mendapatkan lirik mardy bum, rasa penasaran saya berubah menjadi rasa kagum yang luar biasa. Saya selalu tersenyum ketika membaca lagi liriknya yang menurut saya sangat tidak biasa bila dibandingakn band-band lain yang pernah saya dengar. Saya juga baru mengetahui bahwa Mardy Bum adalah salah satu lagu cinta yang manis dari keseluruhan lagu yang ada di album full pertama mereka. 

Menurut saya Mardy Bum adalah cerita sederhana sebuah hubungan percintaan yang sudah tidak romantis. Berbeda dengan lagu cinta dari band-band lain yang saya dengar pada masa itu, Alex turner bisa membuat lirik yang sebenarnya sederhana tapi terdengar manis tanpa ada kata-kata “i love you”, “i need you”, dan “c’mon baby” pada lirik  “Oh there's a very pleasant side to you a side I much prefer, It's one that laughs and jokes around”, kemudian muncul kata-kata manis “Remember cuddles in the kitchen Yeah, to get things off the ground” lalu setelah itu “And it was up, up and away, Oh, but it's right hard to remember, that on a day like today when you're all argumentative and you've got the face on  ketika diantara mereka tidak menemukan cara untuk romantis lagi. ketika kita marah dengan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa untuk dimaafkan, Ketika hanya ada perdebatan yang tidak selesai, ketika perbincangan ringan kemudian menjadi sebuah pertengkaran yang tidak akan pernah ada habisnya, dan masing2  sudah merasa muak, “Yeah I'm sorry I was late well I missed the train and then the traffic was a state and I can't be arsed to carry on in this debate That reoccurs, oh when you say I don't care, well of course I do, yeah I clearly do!” 
Tapi alex tidak membiarkan masalah ini terus-menerus, dia mencoba untuk “membujuk” ketika dia mengulang lagi bagian refrain tapi dengan sedikit penekanan “Can't we laugh and joke around?? Remember cuddles in the kitchen, yeah, to get things off the ground”  tapi sampai pada akhir lagu atau, pada refrain terakhir pun, mereka berdua tidak menemukan kata sepakat untuk berbaikan.   



Alex bercerita dengan sedikit intonasi yang tidak kasat telinga menurut saya, (hahaha saya barusan membuat istilah sendiri :p). Ketika dia memberikan tambahan “can’t we...?” “It's one that...” “so.. di setiap refrain yang menurut saya, jarang dilakukan oleh seorang penulis lagu yang mempunyai lirik yang bercerita. Kata kata “remember cuddles in the kitchen” adalah pemilihan kata yang benar-benar menyentuh ketika sepasang kekasih, mungkin sedang berpelukan ketika sedang membuat teh atau kopi yang akan dinikmati bersama. Ketika sisi romantis yang muncul di dapur yang menurut saya, sangat sederhana untuk pemilihan kata disebuah lagu yang romantis yang mungkin tidak ditemukan pada lagu lain. Dapur, tempat paling belakang disetiap rumah, kadang menyimpan sisi romantis.

Lirik romantis yang sederhana tapi dibungkus dengan pilihan kata dan pemilihan intonasi yang sudah saya bilang tadi, “tidak kasat telinga” (hahaha) membuat lagu ini menjadi spesial menurut saya untuk sebuah lagu yang romantis. Banyak lagu romantis yang saya dengar ketika masih bersekolah dulu, tapi tidak ada yang sesederhana Mardy Bum ketika ia berbicara tentang sebuah hubungan yang sudah tidak harmonis lagi.

Sampai sekarang, saya selalu tersenyum setiap mendengar lagu ini, lagu yang mungkin bisa membuat kita berpikir akan kenangan dan tidak bertindak bodoh untuk marah akan sesuatu yang kecil dan sederhana.


Kamis, 21 Februari 2013

Masih hujan

Hampir setiap hari mulai dari awal tahun, hujan turun dengan tak jemu. Mengingatkan kita pada masa lalu yang mungkin sendu, atau mungkin bahagia. Saya pribadi kalo hujan turun bawaannya mau menghayal dan terus menghayal, padahal seharusnya kalo hujan turun asiknya tidur, hwewheweewe. Saya ingat satu peristiwa yang terjadi waktu hujan. Dimana saya masih di sekolah menengah pertama, dan masih unyu-unyunya, hahaha. Waktu itu saya masih pacaran dengan teman sekelas, anaknya cuek dan tomboy. Tapi yang namanya perempuan tetap saja perempuan. Sensitif dan super peka. Suatu hari dia mengajak saya ke pantai, padahal waktu itu hujan belum reda dan masih bisa membuat basah seperti disiram air seember kalo berdiri selama beberapa menit saja. Karena saya pacar yang baik, hehehe, dengan agak terpaksa saya meladeni ajakannya yang agak aneh itu.

Pergilah kami ke pinggir pantai yang jaraknya lumayan dekat dari sekolah. Dengan berbekal payung yang kecil, kami berjalan dari ujung ke ujung. Selama berjalan dia selalu bilang kalau dia suka laut tak peduli cuaca panas atau hujan seperti saat itu. Katanya kalo liat laut, perasaanya tenang. Alasan lainnya karena laut warnanya biru (saya jadi mikir, kalo laut warnanya hitam, dia masih suka atau tidak). Saya tidak terlalu begitu ingat kata-katanya waktu itu, karena pandangan dan pikiran saya tertuju pada beberapa orang di pinggir jalan yang melihat kami dengan heran, hahaha. Tapi yang saya sadari waktu itu adalah, ketika kita suka pada suatu hal, tidak peduli pandangan dan tanggapan orang lain, dan saya kagum dengan pacar saya waktu itu, karena dia menerapkannya, hahahha. Maaf kalau cerita saya membosankan. hehehe....