Saya merasa kadang kita butuh kata menyerah, dalam hal ini, menyerah untuk
membuat orang lain mengerti perasaan kita. Kadang saya merasa saya sudah jauh
untuk mengerti perasaan seseorang, tapi pada kenyataannya, saya malah hanya menjadi
egois, sensitif, dan agak arogan karena ujung-ujungnya saya malah minta ingin
dibalas, ingin dimengerti maksud saya. Begitu banyak yang ingin saya sampaikan
agar saya ingin dimengerti, tapi saya malu, dan agak segan. Saya lebih memilih
untuk menunggu. Menunggu agar dimengerti, menunggu agar orang lain yang kita
inginkan mengerti kita, menjadi peka dan sedikit berinisiatif. Tapi setelah
lama menunggu, saya malah mulai berani untuk berbicara, tapi hasilnya nihil.
Begitu
terus sampai beberapa saat dan pada akhirnya yah itu tadi, saya mulai menyerah
karena sepertinya tidak semua yang kita inginkan terwujud dan harus sesuai
dengan apa yang kita harapkan. Malah merubah sifat saya menjadi lebih kasar, egois dan sifat-sifat milik setan yang lainnya. Juga karena orang yang saya inginkan untuk mengerti
saya sepertinya tidak memikirkan apa yang saya pikirkan. Entah karena apa, sukar untuk dia jelaskan.
Sepertinya saya hanya perlu sedikit lebih santai.. sedikit lebih
tenang dan mulai membiasakan diri agar sifat seperti ini tidak menjadi-jadi,
tidak menjadi bumerang untuk saya sendiri. Belajar untuk menjadi lebih santai. Dan
tak lupa untuk menyerah. Menyerah untuk bertahan dengan sifat yang seperti itu. Agak menyebalkan sih, tapi apa mau dikata.. bertahan dengan keburukan itu hanya akan membuat luka semakin terinfeksi debu. Iya.. sifat jelek itu luka, dan bertahan dengan keburukan sifat jelek itu sendiri adalah debu yang kotor.
*sigh*
Im so sorry 😢
BalasHapusU're not that arrogant at all. U're the most-down-to-earth person i ever know. Dont change it, ever! I always proud of u and thanks God i met u. Even thats so hard to contact u now, but i understand it. Sorry for the past, and good luck for ur future. May Allah swt always bless u, as always.
BalasHapus